Risalah, to All 30th Graduates

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئآت اعمالنا

من يهد الله فلا مضلّ له ومن يضلل فلا هادي له

اشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله

Sebuah Pengakuan

Setulus hati kami mengucap Jazaakumullahu Khairan Katsiiran.

Meski kelihatannya kamilah yang mengajar, tapi sejatinya anda semualah yang telah memberikan banyak pelajaran. Sebuah pelajaran yang tidak pernah akan kami dapatkan di bangku kesarjanaan, sebuah pelajaran berharga bagi kami.

Anda semua yang mengajari kami tentang banyak kelebihan dan kekurangan yang berada dalam diri. Anda semua yang mengajari kami tentang bagaimana mengajar yang baik (meski sampai hari ini, belum bisa kami wujudkan). Anda semua yang mengajari kami tentang bagaimana berfikir, merasa, dan bertindak

Sebagai seseorang yang faqir akan ilmu, kami sadar bahwa apa yang kami fikirkan tentang anda semua; kami sadar bahwa apa yang kami rasakan tentang anda semua; kami sadar bahwa apa yang kami lakukan kepada anda semua, seringkali salah…

Kami pernah berfikir, bahwa ‘kamilah yang memberi ilmu’, namun sesaat kami menyadari bahwa itu terlalu naif. Kami pernah merasa bahwa anda semualah yang membutuhkan ilmu, namun sejenak kemudian sadar bahwa kami pun miskin hal yang sama.

Oleh sebab apa yang kami fikirkan dan rasakan itu, kami sering bertindak dan berlagak, seolah-olah kamilah yang menentukan anda semua. Namun sekejap kami ditegur, bahwa andalah ternyata yang menentukan kami.

***

Ber-ilmulah Setinggi langit, bersikaplah serendah bumi!

Kami akan merasa sangat sedih, jika anda mulai merasa bahwa ilmu yang diberikan semua asatidzah adalah sampah. Namun, kami akan merasa lebih sedih, jika anda semua mulai merasa kenyang dengan ilmu yang diberikan oleh kami, para asatidzah di sini.

Ilmu yang diberikan asatidzah, bagaikan tetesan air di tengah lautan. Namun meski setetes, ia tetaplah air! Arungi samudera ilmu yang luas itu, agar kemudian anda semua tidak sekedar mencicipi air. Arungi samudera ilmu yang luas itu, agar kemudian jiwa-jiwa anda semua bisa bermandikan ilmu.

Bersikaplah dengan sederhana, sesederhana Lukmanul Hakim dalam memilih majelis. Berfikirlah dengan sederhana, sesederhana Umar ketika membuat keputusan dalam perang Badar. Merasalah dengan sederhana, sesederhana Ali ketika mengurungkan niatnya untuk menebas leher orang kafir.

Bersikap sederhana itu adalah akhlaq; Berfikir sederhana itu adalah syariat; dan merasa sederhana itu adalah ikhlas.

***

Meminang ‘Khadijah’, Menerima Pinangan ‘Rasulullah

Suatu hari, anda semua harus memilih seseorang untuk menjadi pasangan abadi.

!فاطفر بذات الدين

Pilihlah yang memiliki agama!

Sebab harta akan fana, kemolekan akan tua, keturunan bukan ukuran sempruna.

Ingatlah, ketika Allah dan Rasul-Nya memberikan contoh doa (meminta dan memohon), itu berarti apa yang kita minta dan kita mohon, adalah sesuatu yang berat dan sulit. Dalam surat Al-Furqan, [25]:74, Allah mengajarkan wasilah untuk meringankan pilihan pasangan hidup kita. Berdoalah dengan redaksi doa itu, niscaya akan Allah tunjukkan!

Waspadalah setiap tipuan. Tipuan setan yang terwujud pada kemesraan sebelum nikah, khalwat, aurat, dan rayuan. Jangan pernah dekati zina, semakin dekat dengan zina, semakin mungkin anda melakukannya.

Wahai Ummahatul Ghad (Perempuan Masa Depan)!, dalam Surat An-Nur, [24]:2, pezina perempuan (الزانية) disebutkan terlebih dahulu dari pezina laki-laki (الزاني). Itu adalah sebuah pertanda bahwa pintu zina datang dengan gaya sederhana. Pintu itu datang dari pintu auratmu, aurat suaramu, aurat cara memadangmu, aurat cara berjalanmu, aurat setiap mili meter tubuhmu. Menjadilah wanita terhormat, dengan menjaga auratmu!

Wahai Rijalul Ghad (Laki-laki Masa Depan)!, meski perempuan adalah pintu pertama perzinaan, tapi kalianlah yang melewati pintu itu. Kalian tidak akan pernah berani mendekatinya jika benar-benar terbebas dari kefasikan, kemunafikan, penyakit hati. Hiasilah perangaimu dan perkuatlah perisaimu dengan Al-Quran dan Sunnah.

***

Berjihad dengan Jiwa dan Raga

Di luar sana, anda semua harus percaya diri, bahwa Islam adalah agama petunjuk dan agama yang benar. Jika kepercayaan diri itu sudah tertanam, !فاظهر (maka wujudkanlah), meski anda harus menerima cacian, makian, hinaan, dan penderitaan atas keyakinan itu. Itulah makna Surat Al-Shaf, [61]:9

Di luar sana, anda semua akan menemukan suatu masa sulit, suatu masa sulit yang tak pernah ada tanding di waktu sebelumnya. Meski wajar merasa bersedih atasnya, namun hadapilah. Jangan pernah berlari dari musibah itu. Sebab musibah itu pasti datang pada siapapun orangnya. Dan hal terpenting, bukanlah musibahnya itu sendiri, tapi bagaimana anda menghadapinya! Kesedihan yang dirasakan, hakikatnya adalah merasa sedih karena ada sesuatu yang hilang. Siapakah pemiliki sesuatu yang hilang itu? Siapakah yang mencerabutnya dari kita? Ketahuilah, semuanya milik Allah dan semua akan kembali kepada Allah. Itulah makna sabar dalam Surat Al-Baqarah, [2]:155-157

Sebagai ilustrasi,  kita akan merasa sedih karena ada sikap orang menyebalkan. Apa yang hilang dari kita hingga kita merasa sedih atas  sikap orang tersebut? Bisa jadi kita merasa kehilangan harga diri, harga diri diinjak-injak oleh orang yang kita anggap ‘menyebalkan’ itu. Namun sadarilah, siapakah pemilik diri ini? Kemanakah kembalinya diri ini? Layakkah kita marah gara-gara sesuatu yang sejatinya bukan milik kita?

Namun akan sangat berbeda jika kesedihan kita terbit dari kehilangan kehormatan agama. Kita wajib marah! Menyingsingkan lengan baju, siap sedia berjihad dengan sangat emosional. Sebab siapakah pemiliki agama ini? Kemanakah agama ini akan kembali? Layakkah kita berdiam diri untuk sesuatu yang kita miliki? Agama itu adalah satu-satunya yang kita miliki, untuk kita jaminkan saat kita kembali ke akhirat nanti !

Allah memerintahkan kita untuk bergerak jihad, sama sekali bukan untuk kepentingan Allah. Sebab Allah tidak memerlukan bantuan kita sama sekali. Kita berjihad untuk kepentingan kita, untuk sesuatu yang kita miliki, yaitu agama fitrah yang tertanam sejak ruh kita bersaksi di alam ajali (QS. Al-A’raf, [7]:172). Kita berjihad agar kaki-kaki kita dapat menginjakkan bumi dengan tanpa terdzalimi. Kita berjihad untuk menghilangkan Al-Fitnah (Syirik dan kedzaliman). Kita berjihad karena kita sudah mengetahui siapakah yang layak untuk menghuni surga dan neraka-Nya?

Jika kita belum bisa berjihad, berandailah suatu hari kita dapat berjihad. Sebab seseorang yang meninggal tanpa mengangan-angankan jihad, ia mati dalam kejahiliyyahan!

***

Perkuat Ukhuwwah Islamiyyah dan Silaturahmi

Siapakah yang berani mengatakan bahwa dia bisa berdiri sendiri, tanpa memerlukan orang lain. Kita adalah makhluk zoon politicon, makhluk al-ummah dan al-jamaah.

Sehebat apapun anda, anda akan memiliki celah kelemahan yang penutup celah itu akan anda dapatkan pada orang lain. Selemah apapun anda, andalah pemilik seuatu yang berharga yang tidak dimiliki orang-orang kuat.

Ikatlah ukhuwwah dengan Islam. Sebab itulah satu-satunya pengikat universal yang tak lekang dengan tempat dan waktu. Sebuah pengikat yang tidak memperdulikan apakah anda orang lemah atau orang kuat di mata manusia. Ukhuwwah Islamiyyah adalah satu-satunya ikatan yang tidak memperdulikan ras dan kebangsaan. Satu-satunya pengikat ikatan itu adalah kesadaran bersama, bahwa anda memiliki aqidah yang sama.

Oleh sebab itu jangan meremehkan orang, sebab bisa jadi orang yang anda rendahkan itu lebih mulia dari anda (QS. Al-Hujurat, [49]:11).

Perbanyaklah silah al-rahmi. Secara bahasa, sillah adalah penyambung. Dan al-Rahmi adalah sifat Allah yang memberikan pahala dan siksa pada masing-masing orang dengan kepantasannya. Oleh sebab itu silah al-rahmi adalah menyambungkan sesuatu dengan seseorang sesuai dengan kepantasan dan kelayakan syariat. Birrul Waalidain (berbuat baik pada orang tua) adalah silaturahmi, karena orang tua layak kita hormati dengan kebaikan. Karrim asatidzak (muliakanlah para pengajarmu) sebab pemberi ilmu layak kita muliakan. Ashlih Akhawaikum (berbuat islah pada saudara dan temanmu), sebab kita wajib berbuat maslahat pada saudara dan teman.

***

Last but not least

Lihatlah pohon, jangan lupa anda ada di hutan mana; Banyak memohon, jangan lupa anda siapa

Ustadz Hamdan Ustadz Zarkasih; Sekian dan terima kasih

ربّنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

أقول قولي هذا استغفر الله لي ولكم

Al-Faqir ‘Ilaa ‘Aunillah

Asatidzukum

Tentang pesantrenpersis19garut
Memahami, Mengamalkan, dan Mendakwahkan Islam

Tinggalkan komentar